"Bila teringat tentang dikau
DEKAT dimata Jauh dihati".... hmmm aku selalu tersenyum kalau sekarang ini mendengar lagu Melly Goeslow yang ini. "Dia' memang selalu membalikkan kata-katanya ketika menyanyikan lagu itu sambil menyindirku. 'Dia' yang dulu pernah menyayangiku tulus namun tak pernah memiliku. Dia yang tetap menemaniku walau tau aku mencintai lelaki lain. Dia yang tak menyerah, walau aku tak pernah menerima cintanya.
Ya dialah lelaki yang pernah kusakiti hatinya walau ia tak peduli. Sayangnya ia datang disaat aku mencintai orang lain yang juga tak mungkin kumiliki.
Untuk sekian waktu yang tak singkat, dia terus mendengarkan keluhku. Walau terkadang ada penekanan bahwa tak ada harapan dariku. Sekian waktu pula dia menorehkan kenangan yang tak mungkin dilupakan walau oleh orang yang membencinya sekalipun. Dia selalu mengatakan "Abang selalu menunggu sampai tak ada nama 'nya' di hati Fida" Dan aku pun teringat kembali. Betapa mungkin aku tak memikirkan perasaannya ketika itu.
Ketika kebosanan menghinggapiku, tanpa sadar aku menyakiti perasaannya. Dan dia menghilang sekian lama. Aku merasa bersalah, dan aku menyesal sebagai adik. Tapi aku tak mungkin memanggilnya kembali karena bukan 'cinta' yang kupunya, dan itu hanya akan menyakitinya.
24 bulan berlalu, aku sudah pindah dari kos ku yang lama. mengontrak sebuah rumah bersama adikku yang baru masuk SMU. Aku masih mengingatnya diantara sekian orang yang mencoba menarikku, caranyalah yang paling membekas. Sekian banyak kejutan yang dia berikan kepadaku. Dan aku tau semua itu dia lakukan bahwa ia begitu ingin membuatku tersanjung, dan membuktikan bahwa ada seorang lelaki yang sedang menunggu dan lebih pantas menerima cintaku.
Setelah 24 bulan itu pula, dia tiba-tiba muncul mengagetkanku. Aku tersenyum senang... sungguh aku senang mengetahui dia tidak benar-benar membenciku. Aku tidak tau bagaimana dia mengetahui kontrakanku, tapi aku tau beginilah salah satu cara dia membuatku cukup terpana. Sekian lama tak bertemu, wajahnya yang jujur menyayangiku masih tergambar disana walau aku tau saat itu dia tak lagi berharap. Kami bercerita panjang lebar, menurutnya aku masih riang tapi semakin dewasa. Aku begitu senangnya bercerita sampai tiba-tiba aku teringat akan satu hal. Satu hal yang aku takut membuatnya kembali tersakiti. Mungkin aku egois, tapi aku memang masih ingin bercerita dengannya, tapi aku harus menceritakannya seolah-olah dia adalah teman yang tak pernah mencintaiku.

24 bulan cukup memberikanku banyak kejadian. Ya salah satunya 'cinta baruku' yang sedang mekar dengan seorang lelaki yang begitu aku cintai sampai detik ini. Orang yang begitu aku cintai setiap inci tubuhnya dan kepintarannya yang selalu membuatku bangga. Lelaki yang sudah memperhatikanku ketika kami masih sama-sama di pesantren, ketika aku dan dia masih 13 tahun. Lelaki yang begitu berpandangan ke depan dan mengerti bagaimana dia mewujudkannya. Dan terutama Lelaki yang begitu indah tata bahasanya terhadap orang tuanya dan orang tuaku.

"Fida udah tunangan,bang" Akhirnya aku mengatakannya. Ntahlah kufikir dia sedikit terdiam. Tapi dia memang masih lelaki yang aku kenal. Dia cukup dewasa untuk menerima yang menyakitkan sekalipun.
"o ya? Abang kenal? apa sama someone yang dulu" Dia bertanya
"Bukan, abang juga nggak kenal. Dia lebih dari orang yang pernah fida sukai dulu. Ya itu menurut Fida" Kataku lagi.
"Ohhhh, baguslah klo Fida udah senang sekarang. Kan akhirnya Fida bisa juga lupain itu 'some one" Dia tersenyum, aku yakin dia jujur.
Dan kami mulai bercerita mengenai pertemuanku dengan suamiku. Panjang.. namun sedikit kaku. Aku memperhatikannya, mungkin aku menyakitinya sekali lagi. Namun sekali lagi ia datang pada saat hatiku berlabuh di pria lain. Itulah kali akhir aku melihatnya.
Aku tak pernah melihatnya lagi walau kami berasal dari kota yang sama dan rumah yang tak begitu jauh. Dia juga tak datang ke pernikahanku. Ntahlah mungkin pembantunya lupa menyampaikan undanganku.
Sampai akhirnya aku mengetahui darinya bahwa ia sudah memiliki 2 orang anak sama sepertiku. Dan aku yakin dia sangat bahagia disana.

Thank you for the memories

2 Komentar

  1. "Sampai akhirnya aku mengetahui darinya bahwa ia sudah memiliki 2 orang anak sama sepertiku. Dan aku yakin dia sangat bahagia disana."

    -->> Kayaknya balapan nih...hehe...

    BalasHapus